KUBET – Strategi Atur Keuangan dari Gaji Pas-pasan saat Ekonomi Tak Pasti

Liputan6.com, Jakarta – Harga kebutuhan pokok yang terus melonjak sementara gaji stagnan menjadi kenyataan pahit yang harus dihadapi banyak orang saat ini. Setiap bulan, semakin banyak orang yang merasa terjepit oleh biaya hidup yang terus meroket, sementara pendapatan mereka tak kunjung meningkat.

Di tengah kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian ini, mengatur keuangan dengan bijaksana menjadi lebih penting dari sebelumnya. Tanpa strategi yang tepat, banyak yang terpaksa mengandalkan tabungan dan paylater untuk menutupi kekurangan. Hal ini menunjukkan adanya erosi keuangan pribadi yang dapat berakibat pada kerentanan finansial jangka panjang.

“Ketergantungan pada paylater untuk kebutuhan sehari-hari sangat berisiko. Meskipun terlihat sebagai solusi instan, bunga dan biaya keterlambatan dapat menumpuk dengan cepat, menjerumuskan seseorang ke dalam lingkaran utang yang sulit diatasi,” ujar Perencana Keuangan Rista Zwestika, CFP, WMI kepada Liputan6.com, Kamis (17/4/2025).

Menurutnya, ketidakseimbangan antara pendapatan yang stagnan dan biaya hidup yang terus naik memaksa banyak orang untuk mencari alternatif pembiayaan jangka pendek.

Mengelola Keuangan dengan Bijak di Tengah Keterbatasan Penghasilan

Di tengah situasi ini, strategi mengatur keuangan menjadi semakin penting untuk mencegah kondisi semakin terpuruk. Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengelola keuangan dengan lebih bijak, meskipun penghasilan terbatas. Rista menyarankan agar setiap individu melakukan evaluasi dan prioritisasi pengeluaran.

“Langkah pertama adalah melacak semua pengeluaran dan membedakan mana yang esensial dan mana yang non-esensial. Fokuskan dana pada kebutuhan pokok terlebih dahulu,” ujar Rista.

Selain itu, untuk mengurangi pengeluaran, seseorang bisa memanfaatkan berbagai promo dan diskon atau mencari cara untuk mengurangi pengeluaran non-esensial seperti makan di luar dan langganan yang jarang digunakan. Penghasilan tambahan melalui pekerjaan sampingan atau freelance juga dapat menjadi solusi untuk meningkatkan cash flow.

2 dari 4 halaman

Membangun Dana Darurat dalam Kondisi Ekonomi Sulit

Membangun dana darurat juga menjadi hal yang tidak kalah penting. Rista menekankan, meskipun tidak mudah, membangun dana darurat dalam kondisi ekonomi yang sulit sangatlah vital.

“Mulailah dari jumlah kecil, dan usahakan untuk menabung secara rutin, meskipun sedikit demi sedikit,” ia menambahkan.

Dana darurat ini bisa disiapkan melalui transfer otomatis ke rekening terpisah setiap kali menerima penghasilan, serta memanfaatkan penghasilan tambahan atau bonus untuk mempercepat proses tersebut.

Menghadapi Tantangan Tujuan Keuangan di Tengah Gaji Pas-pasan

Mengenai tujuan keuangan jangka panjang, Rista menyarankan agar meskipun penghasilan terbatas, setiap orang tetap memiliki perencanaan yang matang dan disiplin dalam menjalankannya. “Mencapai tujuan keuangan besar dengan gaji pas-pasan memang menantang, namun bukan tidak mungkin. Prioritaskan tujuan yang paling penting dan tetap konsisten meskipun jumlah yang disisihkan kecil,” ujar Rista

Dengan perencanaan yang tepat, disiplin dalam pengelolaan keuangan, dan gaya hidup yang bijak, setiap individu dapat menghadapi tantangan ekonomi dan tetap menjaga stabilitas keuangan meskipun di tengah kondisi yang sulit.

 

3 dari 4 halaman

Mengatur Uang di Kota Kecil, Tantangan yang Sama Berat

Di Mojokerto, Jawa Timur kota tier dua yang sering diasumsikan memiliki biaya hidup lebih rendah, Alvi (29) juga merasakan beban ekonomi yang sama beratnya. Kenaikan harga kebutuhan pokok dirasakannya setiap minggu, terutama untuk bawang, cabai, dan lauk harian.

“Bisa nabung meskipun tidak rutin setiap bulan. Karena aku ngutamakan nyisihin untuk biaya tidak terduga tiap bulannya, kalau masih aman baru ditabung,” ungkapnya.

Namun, seringkali, kebutuhan mendesak seperti membeli perabotan rumah tangga membuat tabungan harus dikorbankan. Bahkan, ia mengaku pernah harus meminjam uang, meski selalu dihitung dengan cermat apakah bisa mengembalikannya dari penghasilan bulan berikutnya.

“Kalau enggak ada uangnya, pernah ngutang dulu tapi ini juga diperhitungkan kira-kira penghasilan selanjutnya ada enggak alokasi buat bayarnya,” ujarnya.

 

4 dari 4 halaman

Siasati Harga

Untuk menyiasati harga yang terus naik, Alvi memilih strategi “borong saat murah”. Jika harga barang turun, ia membeli dalam jumlah banyak untuk stok, agar tak perlu membeli saat harga melonjak lagi. Namun, menurutnya, penghasilan yang layak di Mojokerto pun tak bisa lagi mengikuti angka UMR.

“UMR di sini itu 4,8-5 juta, menurutku itu sudah terlalu dikit yah,” katanya.

Ia memperkirakan, angka yang realistis untuk hidup layak di kota tersebut adalah sekitar Rp 7 juta per bulan.

Alvi juga menyoroti peran pemerintah dalam stabilisasi ekonomi. Ia menganggap banyak kebijakan justru membingungkan masyarakat. “Pemerintah tuh bisa banget ngendalikan harga tanah, pajak. Di berita aja pemerintah kaget sama harga rumah, lah ini malah bikin bingung rakyatnya kok kocak gitu,” ujarnya sambil tertawa getir.

Berbeda dari banyak orang yang beralih ke investasi, Alvi lebih memilih menyimpan uang dalam bentuk tunai. Di tengah situasi tak menentu, ia merasa opsi itu lebih aman. “Sekarang lebih ke modal nekat aja, yang ada di depan ya udah dihadapi. Karena kadang juga diposisikan mau gimana lagi, nggak ada pilihan,” ujarnya jujur.

 

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *