Liputan6.com, Jakarta – Menjelang keberangkatan ibadah Haji 2025, para calon jemaah Haji diimbau untuk lebih memperhatikan kesehatan paru mereka.
Sebab, infeksi saluran pernapasan seperti ISPA dan pneumonia masih menjadi masalah kesehatan utama yang banyak dialami jemaah Haji dan Umroh dari berbagai negara, termasuk Indonesia.
Baca Juga
Dalam Workshop Pelatihan Tenaga Dokter Haji Khusus yang digelar oleh Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (Perdokhi) pada 19 April 2025, Prof Tjandra Yoga Aditama menyampaikan bahwa sekitar 90 persen jemaah Haji mengalami gangguan paru dan pernapasan selama menjalankan ibadah di Tanah Suci.
Advertisement
“Infeksi paru, baik berupa ISPA maupun pneumonia, merupakan tantangan besar dalam pelayanan kesehatan Haji. Data ilmiah menunjukkan bahwa sebagian besar jemaah mengalami gangguan ini dalam berbagai tingkat keparahan,” ujar Prof Tjandra, yang juga Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dalam keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Sabtu, 19 April 2025.
Faktor Risiko Gangguan Paru saat Ibadah Haji
Ada beberapa faktor yang membuat calon jemaah Haji rentan mengalami gangguan paru, antara lain:
- Kepadatan jemaah yang sangat tinggi, memudahkan penularan virus atau bakteri.
- Debu dan polusi udara di lingkungan sekitar tempat ibadah.
- Daya tahan tubuh yang menurun karena aktivitas fisik berlebih dan kelelahan.
Prof Tjandra juga menekankan pentingnya pencegahan. “Perilaku hidup sehat, penggunaan masker, dan vaksinasi merupakan langkah penting untuk melindungi kesehatan paru selama ibadah,” tegasnya.
Advertisement
Ancaman MERS-CoV dan Penyakit Paru Lain
Tak hanya ISPA dan pneumonia, jemaah juga perlu mewaspadai infeksi khusus seperti MERS-CoV, penyakit virus yang berasal dari Jazirah Arab dan ditularkan oleh unta berpunuk satu.
Selain itu, penyakit paru tidak menular seperti asma dan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) juga dapat kambuh selama ibadah Haji jika tidak dikendalikan dengan baik.
“ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) juga tercatat sebagai salah satu penyebab kematian utama akibat gangguan paru pada jemaah,” tambahnya.
Pentingnya Peran Tenaga Kesehatan Haji
Dalam pelatihan tersebut, Prof Tjandra mengapresiasi peningkatan kapasitas tenaga kesehatan Haji yang akan mendampingi jemaah tahun ini.
Menurutnya, pengetahuan yang baik tentang kesehatan paru akan sangat membantu dalam mencegah, mendeteksi, dan menangani berbagai gangguan kesehatan selama ibadah berlangsung. “Semoga jemaah Umroh dan Haji tahun ini dapat menjalankan ibadahnya dengan khusyuk, mendapat Haji dan Umroh yang mabrur, serta terhindar dari gangguan serius pada paru dan sistem pernapasan,” pungkasnya.
Advertisement